Wednesday, February 21, 2007

Osteoporosis


Osteoporosis alias kekeroposan tulang itu salah satu momok bagi wanita yang telah mengalami menopause. Karena itu, asupan kalsium dalam jumlah cukup menjadi penting bagi ibu, nenek, atau Anda sendiri. Lebih sip lagi kalau dilengkapi dengan latihan beban. Menurut hasil penelitian, latihan beban bisa membantu memperbaiki kondisi tulang sekaligus otot.


Osteoporosis adalah suatu keadaan ketika massa tulang kurang dari normal sehingga terjadi perubahan arsitektur tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan pada gilirannya menjadi mudah patah. Oleh karena keadaan tulang semacam itu, dapat kita ibaratkan seperti pohon/kayu ataupun bangunan yang lapuk atau keropos. Maka Osteoporosis dapat kita sebut sebagai keropos tulang.
Dalam masa pertumbuhan seseorang, tulang sebagai bagian dari tubuh manusia, mempunyai peran sebagai pembentuk dan penyangga tubuh. Oleh karena itu tulang manusia disusun sedemikian rupa menjadi suatu kerangka. Setiap tulang penyusun kerangka bertumbuh sesuai dengan pola dan peta yang tertentu. Namun setiap bagian tulang menjadi lebih kuat dibanding yang lain salah satunya adalah akibat rangsangan beban yang diterimanya sewaktu bertumbuh. Dalam penelitian ternyata massa tulang maksimal (massa tulang puncak) dapat dibentuk sampai umur 30 tahun. Setelah umur 30 tahun secara perlahan-lahan atau cepat, massa tulang akan berkurang sejalan dengan bertambahnya umur karena berbagai sebab.
Jenis Osteporosis. Ada baiknya kita kenali lebih dulu jenis-jenis Osteoporosis (= OP = keropos tulang). Untuk pertama kalinya OP dilukiskan oleh Pommer pada tahun 1885, sedangkan Albright membedakan OP dengan Osteomalacia (tulang melembek). Baru kemudian pada tahun 1983 Riggs & Melton membagi OP dengan jenis-jenis: 1) OP Primer: terjadi karena proses penuaan. Ada dua tipe yaitu: Tipe I atau OP Postmenopausal, terjadi pada kebanyakan wanita usia 51 – 65 tahun, sedangkan Tipe II atau OP Senilis adalah kebanyakan terjadi pada pria usia lebih dari 75 tahun. 2) OP Sekunder: terjadi karena penyakit-penyakit: a. Penyakit Endokrin (Tiroid, Hiperparatiroid, Hipogonadisme), b. Penyakit Saluran cerna, c. Penyakit Keganasan (kanker), d. Obat-obatan (corticosteroid), e. Lain-lain seperti rokok dan alkohol.
Tanda-tanda OP: Pada awalnya memang tidak jelas, menjadi jelas bila sudah menyebabkan patah tulang (umumnya tulang lengan bawah dekat sendi tangan, tulang belakang di daerah pinggang dan tulang paha bagian lehernya). Untuk itu perlu kita tahu proses terjadinya OP dengan memperhatikan faktor risiko: Umur, Jenis kelamin. Wanita lebih mudah terkena daripada pria. Ras bangsa: kulit putih dan Asia lebih mudah terkena OP daripada ras lain. Postur tubuh kecil lebih mudah terkena OP dibanding yang gemuk. Faktor lainnya: kebiasaan olahraga terutama waktu pertumbuhan. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, penyakit endokrin, konsumsi obat-obatan tertentu.
Pemeriksaan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain. Pengukuran massa dan densitas tulang. Ada bermacam-macam pemeriksaan: -1) SPA Single photon absorptiometry, -2) DPA Dual photon absorptiometry, -3) DEXA Dual energy X-ray absorptiometry dan -4) Quantitative CT. Dapat pula dengan pemeriksaan Rontgent (foto polos) maupun pemeriksaan laboratorium, khususnya darah.
Penanganan. Pendekatan pengobatan adalah secara holistik yaitu memperhatikan semua faktor yang ada yang memungkinkan terjadinya OP. Untuk itu pencegahan adalah lebih utama daripada pengobatan. Oleh karenanya: 1. Perhatikan faktor yang ada, 2. Hindari semua faktor yang ada, 3. Faktor yang tidak dapat dihindari karena alasan khusus, upayakan dikurangi, 4. Gunakan obat-obatan sesuai petunjuk dokter, 5. Olahraga yang sesuai adalah mutlak diperlukan.
Obat-obat yang ada: 1. Kalsium 1.500 mg per hari, 2. Calcitonin 50 iu per hari, 3. Calcitrol 0,25-0,5 ug per hari, 4. Diphosphonate 5-10 mg/kg BB per hari, 5. TSH (Terapi sulih hormon), 6. SERM (Selective estrogen receptor modulator).
Sebaiknya segera berobat pada dokter ahlinya.

0 comments:

Post a Comment

 

Template by NdyTeeN